Bentuk Tafsir Al Qur'an

Adapun bentuk-bentuk tafsir Al-Qur'an yang dihasilkan secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga:

1. Tafsir Bi Al Matsur

Dinamakan dengan nama ini (dari kata atsar yang berarti sunnah,
hadits, jejak, peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran seorang
mufassir menelusuri jejak atau peninggalan masa lalu dari generasi
sebelumnya terus sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Tafsir bi al-Matsur adalah tafsir yang berdasarkan pada
kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Qur'an dengan
Al-Qur'an, Al-Qur'an dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai
penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang
dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan
tokoh-tokoh besar tabi'in karena mereka pada umumnya menerimanya dari
para sahabat.

Contoh tafsir Al Qur'an dengan Al Qur'an antara lain:
"wa kuluu wasyrobuu hattaa yatabayyana lakumul khaithul abyadhu
minal khaithil aswadi minal fajri...."
( Surat Al Baqarah:187)

Kata minal fajri adalah tafsir bagi apa yang dikehendaki dari kalimat
al khaitil abyadhi.

Contoh Tafsir Al Qur'an dengan Sunnah antara lain:
"alladziina amanuu wa lam yalbisuu iimaanahum bizhulmin......"
( Surat Al An'am: 82)

Rasulullah SAW menafsirkan dengan mengacu pada ayat :
"innasy syirka lazhulmun 'azhiim"
( Surat Luqman: 13)

Dengan itu Beliau menafsirkan makna zhalim dengan syirik.


Tafsir-tafsir bil ma'tsur yang terkenal antara lain: Tafsir Ibnu
Jarir, Tafsir Abu Laits As Samarka ndy, Tafsir Ad Dararul Ma'tsur
fit Tafsiri bil Ma'tsur (karya Jalaluddin As Sayuthi), Tafsir Ibnu
Katsir, Tafsir Al Baghawy dan Tafsir Baqy ibn Makhlad, Asbabun Nuzul
(karya Al Wahidy) dan An Nasikh wal Mansukh (karya Abu Ja'far An
Nahhas).


2.Tafsir bi ar-Rayi

Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metode tafsir
karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka
tafsir ini memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan
tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu
qira'ah, ilmu-ilmu Al Qur'an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan
ilmu-ilmu lain seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya
untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan
perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.

Contoh Tafsir bir ra'yi dalam Tafsir Jalalain:
"khalaqal insaana min 'alaq"
( Surat Al Alaq: 2)

Kata alaq di sini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz alaqah
yang berarti segumpal darah yang kental.

Beberapa tafsir bir ra'yi yang terkenal antara lain: Tafsir Al
Jalalain (karya Jalaluddin Muhammad Al Mahally dan disempurnakan
oleh Jalaluddin Abdur Rahman As Sayuthi), Tafsir Al Baidhawi, Tafsir
Al Fakhrur Razy, Tafsir Abu Su'ud, Tafsir An Nasafy, Tafsir Al
Khatib, Tafsir Al Khazin.


3. Tafsir Isyari

Menurut kaum sufi, setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin.
Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran
sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi di
balik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat
kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al Qur'an inilah yang
akan tercurah ke dalam hati dari limpahan gaib pengetahuan yang dibawa
ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari.

Tafsir ini berdasarkan intuisi, atau bisikan batin
Contoh bentuk penafsiran secara Isyari antara lain adalah pada ayat:
'".......Innallaha ya`murukum an tadzbahuu baqarah....."
( Surat Al Baqarah: 67)

Yang mempunyai makna zhahir adalah
"......Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi
betina..."

tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan
"....Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah...".


Beberapa karya tafsir Isyari yang terkenal antara lain: Tafsir An
Naisabury, Tafsir Al Alusy, Tafsir At Tastary, Tafsir Ibnu Araby.

Komentar