Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 124 - 129

                                                










 وَ إِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيْمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِيْن
(124)
Dan (ingatlah) tatkala telah di­uji Ibrahim oleh TuhanNya dengan beberapa kalimat, maka telah dipenuhinya semuanya. Diapun berfirman : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan engkau Imam bagi manusia. Dia berkata : Dan juga dari antara anak-cucuku. Berfirman Dia : Tidaklah akan mencapai perjanjianKu itu kepada orang-orang yang zalim.






وَ إِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَ أَمْناً وَ اتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى وَ عَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَ الْعَاكِفِيْنَ وَ الرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
(125)
Dan (ingatlah) tatkala telah Kami jadikan rumah itu tempat berhimpun bagi manusia dan (tempat) keamanan : Dan dijadikanlah sebagian dari makam Ibrahim itu tempat sembahyang. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, supaya mereka berdua membersihkan rumah­Ku itu untuk orang-orang yang tawaf dan orang-orang yang i'tikaf dan orang-orang yang ruku' serta sujud.






وَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَ ارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَ مَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيْلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ
(126) Dan (ingatlah) tatkala berkata Ibrahim : Ya Tuhanku. Jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan karuniakanlah kepada penduduknya dari berbagai buah-buahan,(yaitu) barang­siapa yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Kemudian. Berfirman Dia : Dan orang-orang yang kafirpun, akan Aku beri kesenangan untuk dia sementara , kemudian akan Kami helakan dia kepada siksaan neraka, yaitu seburuk buruk tujuan.






وَ إِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيْمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيْلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
(127)
Dan (ingatlah) tatkala meng­angkat Ibrahim sendi-sendi dari rumah itu dan Ismail : Ya Tuhan kami, terimalah dari­pada kami, sesungguhnya Engkau adalah Maha Men­dengar, Maha Mengetahui.






رَبَّنَا وَ اجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَ أَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَ تُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
(128)
Ya Tuhan kami ! Jadikanlah kami kedua ini orang-orang yang berserah diri kepada Engkau, dan dari keturunan­keturunan kamipun (hendak-nya) menjadi orang-orang yang berserah diri kepada Engkau, dan tunjukkan kiranya kepada kami cara-cara kami beribadat, dan ampunilah kiranya kami, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Penyayang.






رَبَّنَا وَ ابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلاً مِّنْهُمْ يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ يُزَكِّيْهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْم
(129)
Ya Tuhan kami ! Bangkitkanlah di antara mereka itu seorang Rasul dari mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmat, dan akan membersihkan mereka; sesung­guhnya Engkau adalah Maha Gagah lagi Maha Bijaksana .






Perjuangan Nabi Ibrahim a.s.



Setelah rnenyampaikan peringatarn-peringatan yang semacam itu, yang 82 ayat banyaknya terlebih dikhususkan kepada Bani Israil, yang diharapkan moga-moga ada perhatian rnereka rnenerima ajaran kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w., di samping pengharapan kepada kaurn musyrikin Arab sendiri, tetapi tidak juga lepas pertaliannya dengan Bani Israil, maka dengan ayat yang akan datang ini, di antara Bani Ismail, (Arab) dipertemukan dengan Bani Israil pada pokok asal, yaitu Nabi Ibrahirn a.s.. Sebab orang Arab sendiri mengakui, terutama Arab Adnan, atau Arab Musta'ribah mengakui dan membanggakan bahwa rnereka adalah keturunan Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. diikuti oleh Arab yang lain (Qahthan).



وَ إِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيْمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ
"Dan (ingatlah) tatkala telah diuji Ibrahim aleh TuhanNya dengan berapa kalimat." (pangkal ayat 124).



Dengan ini diperingatkan kembali siapa Tbrahim a.s..Yang dibanggakan oleh kedua suku bangsa Bani Israil dan Bani Ismail sebagai nenek-moyang mereka. Itulah seorang besar yang telah lulus dari berbagai ujian. Tuhan telah mengujinya dengan beberapa kalimat, artinya beberapa ketentuan dari Tuhan. Dia telah diuji ketika menentang orang negerinya dan ayahnya sendiri yang menyembah berhala. Dia telah diuji sampai dibakar orang. Dia telah diuji, apakah kampung halaman yang lebih dikasihinya atau keyakinannya? Dia telah tinggalkan karnpung halaman karena menegakkan keyakinan.



Dia telah diuji karena sampai tua tidak beroleh putera. Dan setelah dia tua rnendapatkan putera yang diharapkan, maka diuji pula, disuruh menyembelih puteranya yang dicintainya itu. Dan berbagai ujian yang lain.

فَأَتَمَّهُنَّ
"Maka telah dipenuhinya semuanya. "

Artinya, telah dipenuhinya sekalian ujian itu, telah dilaluinya dengan selamat dan jaya. Diriwayatkan oleh Ihrru Ishaq dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas: "Kalimat-kalimat yang diujikan kepadanya itu, dan telah dipenuhinya semuanya. Dia telah memisahkan dari kaumnya karena Allah memerintahkannya memisahkan diri.



Perdebatannya dengan raja Nambrudz tentang kekuasan Allah menghidupkan dan mematikan. Kesabaran hatinya tatkala dia dilemparkan ke dalam api bernyala; tidak lain karena mempertahankan pendiriannya tentang keesaan Allah.

Setelah itu dia hijrah dari kampung halamannya , karena Tuhan yang menyuruh. Ujian Tuhan kepadanya seketika dia didatangi tetamu (seketika tetamu itu singgah kepadanya dalam perjalanan membawa azab kepada kaum Luth), dan ujian kepadanya dengan menyuruh menyembelih puteranya.

Di dalam riwayat yang dikeluarkan oleh Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari al-Hasan, la berkata: " Ibrahim a.s. telah diuji dengan kelap-kelipnya bintang, diapun lulus. Dia diuji dengan bulan, diapun lulus. Kemudian diuji dengan matahari , itupun dia lulus. Diuji dengan hijrah, diapun lulus. Diuji pula dengan menyuruh menyembelih anak kandungnya sendiri, itupun dia lulus. Padahal waktu itu usianya telah 80 tahun."

Menjadi Imam Sesudah Lulus Ujian



Setelah dilaluinya segala ujian itu dan dipenuhinya dengan sebaik-baiknya.



قَالَ إِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا
"Diapun berfrman : Sesungguhnya Aku hendak menjadtkan engkau Imam bagi manusia. "

Disini kita mendapat suatu pelajaran yang dalam sekali, tentang jabatan yang begitu mulia yang dianugerahkan Tuhan kepada seorang di antara RasulNya. Setelah beliau lulus dalam berbagai ragam ujian yang berat itu dan diatasinya segala ujian itu dengan jaya, barulah Tuhan memberikan jabatan kepadanya, yaitu menjadi Imam bagi manusia. Imam, ialah orang yang diikut, orang yang menjadi pelopor, yang patut ditiru diteladan, baik berkenaan dengan agama dan ibadat , atau akhlak . Setelah jabatan Imam itu diberikan Tuhan, Ibrahimpun mengemukakan permohonan:



قَالَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ
"Dan juga dari antara anak-cucuku."
Sebagai seorang ayah atau nenek yang besar yang bercita-cita jauh, Ibrahim a.s. memohonkan supaya jabatan Imam itupun diberikan pula kepada orang-orang yang dipilih Tuhan dari kalangan anak-cucunya. Moga-moga timbullah kiranya orang-orang yang akan menyambung usahanya. Permohonan itu disambut oleh Tuhan:

قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِيْن
"Tidaklah akan mencapai perjanjianKu itu kepada orang-orang yang zalim. " (ujung ayat 124).

Permohonannya dikabulkan Tuhan, bahwasanya dalam kalangan anak-cucu keturunannya memang akan ada yang dijadikan Imam pula, sebagai pelanjut dari usahanya. Akan ada Imam, tetapi janji itu tidak akan berlaku pada anak-cucunya yang zalim. Keutamaan budi, ketinggian agama dan ibadat bukanlah didapat karena keturunan. Yang akan naik hanyalah orang yang sanggup menghadapi ujian, sebagaimana Ibrahim a.s. juga.



Ibrahim a.s. telah memenuhi segala ujian dengan selamat; baru diangkat menjadi Imam. Bagaimana anak­ cucunya akan langsung saja menjadi Imam, kalau mereka tidak lulus dalam ujian atau zalim di dalam hidup. Imam yang dimaksud disini adalah Imamat Agama, bukan kerajaan clan bukan dinasti yang dapat diturunkan kepada anak. Sebab itu keturunan Ibrahim a.s. tidaklah boleh membanggakan diri karena mereka keturunan Imam Besar. Malahan kalau mereka zalim, bukanlah kemuliaan yang akan didapat lantaran mereka keturunan Ibrahim a. s., melainkan berlipat gandalah dosa yang akan mereka pikul, kalau mereka yang terlebih dahulu melanggar apa yang dianjurkan oleh amanat nenek-moyangnya.

Ingatlah betapa beratnya ujian itu semuanya. Bukanlah perkara yang ringan menegakkan paham dan keyakinan sendiri, yang bententangan dengan pendirian ayah kandungnya. Ayahnya Azar tukang membuat berhala, sedang dia sendiri menegakkan Tauhid. Dan untuk itu Ibrahim a.s. bersedia dibakar. Dan ketika akan masuk pembakaran, Malaikat Jibril bertanya: Apakah dia memerlukan pertolongan ? Ibrahim a.s. menjawab dengan tegas: "Kepada engkau tidak." Kemudian ujian lagi karena sampai tua tidak beranak. Kemudian ujian lagi, karena disuruh menyembelih anaknya yang tertua Ismail a.s., yang telah lama diharap-harapkannya.

Oleh sebab itu maka jabatan Imam yang diberikan Allah kepadanya, adalah hal yang wajar. Imamat yang sejati tidaklah mudah didapat oleh sembarang orang. Kekayaan harta bisa diwariskan kepada anak. Pangkat jabatan jadi Raja boleh diturunkan; tetapi Imamat yang sejati haruslah melalui ujian.

Di dalam Surat 32, as-Sajdah, ayat 34, Tuhan menjelaskan pula bahwa di antara pengikut-pengikut Nabi Musa ada yang diangkat Tuhan menjadi Imam, diberi pula petunjuk dan pimpinan, setelah ternyata betapa keteguhan hati, ketabahan mereka dan sabar mereka menempuh berbagai ujian hidup.

Keturunan Ibrahim a.s. terbagi dua, yaitu Bani Ismail dan Bani Israil. Pada kedua cabang turunan ini, terdapatlah beberapa orang Imam ikutan orang banyak. Terakhir sekali Muhammad s.a.w Imam dunia dari keturunan Ismail.

وَ إِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ
"Dan (ingatlah) tatkala telah Kami jadikan rumah itu tempat berhimpun bagi manusia."
(pangkal ayat 1"' 5). Di dalam ayat ini disuruh mengingat kembali bahwasanya Allah Ta'ala telah menyuruhkan kepada Ibrahim a.s mennjadikan rumah itu, yaitu Ka'bah atau Masjidil Haram menjadi tempat berhimpun manusia, yaitu tempat beribadat dari seluruh manusia yang telah mempercayai keesaan Tuhan, supaya mereka dapat berkumpul ke sana mengerjakan haji setiap tahun, sebagaimana yang dijelaskan pula di dalam Surat 22, Surat al-Haj.

وَ أَمْناً
"Dan (tempat) aman. " Sekalian dari tempat berkumpul seluruh manusia mengerjakan ibadat, maka tempat itupun dijadikan tempat yang aman sentosa. Di dalam Surat Ali Imran (surat 3 ayat 97), kelak akan dijelaskan sekali lagi bahwa barangsiapa yang masuk ke dalam pekarangan Masjidil Haram itu, terjaminlah keamanannya. Bukan saja manusia, bahkan juga binatang-binatang perburuan. Oleh sebab itu disebut juga dia tanah Haram , atau daerah yang dihormati.

Demikianlah peraturan mensucikan tanah itu yang dimulai oleh Nabi Ibrahim a.s., telah dipelihara turun-temurun oleh bangsa Arab, terutama oleh penduduk yang berdiam di dalam daerah itu, walaupun dalam masa-masa mereka telah bertolak kepada menyembah berhala:

وَ اتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى
"Dan jadikanlah sebagian dari makam Ibrahim menjadi tempat sembahyang."

Di sini tersebutlah pula suatu tanda sejarah yang amat penting, yaitu Makam Ibrahim Banyak lah bertemu Hadits-Hadits dan riwayat tentang Makam Ibrahim itu. Di dalam Hadits-Hadits yang shahih ada ter ebut yang menunjukkan bahwa Makam Ibrahim, yang berarti tempat berdiri Ibrahim a.s., ialah sebuah batu tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri ketika beliau membangun Ka'bah. Bilamana bertambah tinggi dinding Ka'bah itu, datanglah Ismail a.s. puteranya mengantarkan batu-batu bangunan ke tangan beliau, dan naiklah pula Ismail a.s. ke atas batu itu. Demikian riwavat Bukhari.



Menurut sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, dahulu batu Makam Ibrahim itu termasuk menjadi dinding Ka'bah. Menurut suatu riwayat dari al-Baihaqi dari Abdul Razzaq, Umar bin Khathab lah yang membawa batu itu dari Ka'bah dan membinanya di tempat tersendiri. Menurut Ibnu Abi Hatim dari Hadits Jabir, ketika Rasulullah s.a.w mengerjakan haji dan tawaf, di antara yang mengiringkan beliau ialah Umar bin Khathab. Sesampai di makam itu, beliau bertanya kepada Kasulullah s.a.w. "Makam Ibrahim ?" Rasulullah menjawab : "Ya !" Menurut Hadits yang dirawikan oleh Muslim, setelah selesai beliau tawaf, lalu beliau sembahyang dua raka'at di belakang Makam Ibrahim itu.

Di dalam ayat 97 surat Ali Imran kelak akan lebih jelas lagi keistirnewaan makam itu. Dikatakan bahwa di sana terdapat ayat (tanda) yang nyata, yaitu Makam Ibrahim. Jarak di antara zaman Muhammad s.a.w. dengan zaman Ibrahim a.s. telah berlalu beribu tahun, tetapi ayat atau tanda bukti masih ada, itulah Makam Ibrahim. Menurut suatu riwayat lagi dari Tabi'in yang terkenal, Mujahid; yang dikatakan Makam Ibrahim itu ialah seluruh pekarangan Masjidil Haram itu.
Maka teringatlah kita tentang usaha Raja Saud dari Saudi Arabia pada tahun 1958 merombak dan memperbesar Masjidil Haram, yang menurut bentuk maketnya yang baru, terpaksa letak Makam Ibrahim digeser. Rupanya pihak Kerajaan berpegang kepada pendapat Mujahid, dan Ularna-ulama mempertahankan tradisi. Di dalam rangka memperluas tempat tawaf mengelilingi Ka'bah , pada bulan Rajab 1387, (1967) Masehi, raja Faisal Ibnu Abdil Aziz telah merombak bangunan yang melingkungi makam yang lama, lalu menggantinya dengan satu bangunan kecil memakai keranda tembaga. Di dalamnya beliau lingkungi dengan keranda kaca (kaca pembesar), sehingga batu makam itu telah jelas kelihatan.
Di zaman raja-raja yang dahulu, rupanya di bekas jejak kaki Nabi Ibrahim a.s. tempat beliau berdiri itu telah diberi pertanda dengan perak, sehingga bekas telapak kaki itu lebih jelas kelihatan.

وَ عَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَ الْعَاكِفِيْنَ وَ الرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
"Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail supaya mereka berdua membersihkan rumahKu itu untuk orang-orang bertawaf, dan orang-orang yang i'tikaf dan orang-orang yang ruku' serta sujud. " (ujung ayat 125).



Inilah ujung lanjutan ayat. Yaitu selain dijadikan tempat berkumpul haji setiap sekali setahun dan Umrah, clan dijadikan daerah aman, diapun dijadikan pula daerah tempat beribadah yang tetap.

Pertama sekali, bersihkan RumahKu.
Tuhan menyebut rumah itu sebagai RumahKu, sehingga diapun disebut Baitullah, rumah.Allah , untuk mengangkat kehormatan rumah itu. Dia wajib bersih daripada persembahan yang selain dari pada Allah. Ketika Ibrahim a.s. telah meninggalkan negeri Babil dan Mesir dan tempat-tempat yang lain, sudah terang beliau menolak tegas segala persembahan kepada berhala. Maka di tanah yang telah diamankan ini, di sana rumah Tuhan telah berdiri, hendaklah dia bersih dari berhala. Ini diingatkan kembali kepada bangsa Arab, sebab mereka telah tersesat menyembah berhala. Rumah itu mesti dibersihkan daripada syirik dan perbuatan yang tidak patut, sehingga tetaplah dia untuk orang yang tawaf, yaitu mengelilingi Ka'bah itu tujuh kali, dengan mengambil jalan kanan. Dan untuk orang yang i'tikaf, artinya orang yang duduk berrnenung tafakkur mengingat Allah di dalam mesjid itu. Dan untuk mereka mengerjakan ruku' dan sujud, yaitu mengerjakan sembahyang.



Dengan demikian bertambah jelaslah bahwa Ibrahim a. s. yang dibantu oleh puteranya Ismail a.s. telah diperintahkan Tuhan menjadikan tanah itu menjadi Tanah Haram .

Perhatikanlah betapa besar pengaruh ayat ini ke dalam perjuangan Nabi kita di dalam menegakkan tauhid. Ayat ini diturunkan di Madinah, setelah Nabi Muharnmad diusir oleh kaumnya dari Mekkah kampung halaman dan bumi kelahirannya , dan di ayat ini dijelaskan Tuhan bahwa Nabi Ibrahim a.s. bersama puteranya Ismail a.s. diperintahkan,

Pertama: Mendirikan rumah Allah itu.
Kedua : Menjadikannya daerah aman.
Ketiga : Membersihkannya. Yaitu bersih dari penyembahan kepada yang lain dan bersih daripada amalan yang karut.

Sedang di waktu ayat ini turun, Ka'bah tidak aman lagi, sehingga umat yang membelanya diusir dari sana. Ka'bah kotor karena di sana telah ditegakkan 360 berhala, dan sejak beberapa waktu orang-orang musyrikin mengerjakan tawaf dengan kotor, ada yang bersorak-sorak, ada yang bertepuk-tepuk tangan, bahkan laki­-laki dan perempuan yang bertelanjang.

Untuk mernbangkitkan dan menimbulkan kembali kesucian Baitullah itu, mula-mula sekali setelah 17 bulan Rasulullah pindah ke Madinah, datanglah perintah Tuhan memutarkan kembali Kiblat dari Baitul Maqdis kepada Ka'bah di Mekkah itu. Pada tahun kedelapan Hijriyah negeri Mekkah ditaklukkan, karena orang Quraisyi sendiri yang memungkiri perjanjian Hudaibiyah. Di waktu menaklukkan Mekkah itu, secara langsung beliau perintahkan menghancurkan berhala-berhala itu, dan beliau perintahkan Sayidina Bilal azan ke puncak Ka'bah.

Pada tahun kesembilan beliau perintahkan Abu Bakar as-Shiddiq menjadi Amirul-Haj. Kemudian beliau usulkan dengan memerintahkan Ali bin Abu Thalib membacakan Surat Baraah (at T'aubah), menyampaikan beberapa perintah. Di antaranya ialah bahwa tahun depan tidak boleh lagi ada orang yang tawaf keliling Ka'bah dengan bertelanjang. Kabarnya konon, karena beliau tidak mau melihat orang telanjang bertawaf itulah maka beliau tidak naik haji tahun itu memerintahkan Abu Bakar memimpin haji. Baru tahun depannya, tahun kesepuluh beliau memimpin sendiri naik haji, setelah Ka'bah benar-benar bersih. Dan haji beliau yang terakhir itulah yang dinamai Haji Wada': Haji Selamat Tinggal.

Keterangan lebih lanjut akan didapat kelak ketika menafsixkan Surat Baraah (at Taubah), Surat 9.
Dan menurut sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Bukhari, bahwasanya Allah Ta'ala telah menjadikan Tanah Mekkah itu menjadi Tanah Haram sejak Tuhan menjadikan semua langit dan bumi, dan akan tetap menjadi Tanah Haram sampai Hari Kiamat. Maka perintah yang diberikan kepada Ibrahim a. s. itu, ialah sebagai pelaksanaan dari kehendak Tuhan sejak dahulu kala itu. Sebab sebelum Ibrahim a.s. dan puteranya Ismail a.s. datang ke tempat itu, khususnya sebelum ada sumur Zamzam, belumlah ada manusia di sana.

وَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا
"Dan (ingatlah) tatkala berkata Ibrahim: Ya Tuhanku! .Jadikanlah negeri ini negeri yang aman."(pangkal ayat 126).

Dimohonkanlah oleh Ibrahim a.s., hendaknya negeri itu tetap aman sentosa selama-lamanya, sehingga tenteramlah jiwa orang-orang yang melakukan ibadat bertawaf dan beri'tikaf, sembahyang dengan ruku' dan sujudnya, menurut peraturan sembahyang yang ada pada masa itu

وَ ارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ
"Dan karuniakanlah pada penduduknya dari berbagai buah-buahan."

Oleh karena wadi (lembah) itu amat kering tidak ada sesuatu yang dapat tumbuh di dalamnya, dimohon kan pula oleh Nabi Ibrahim a.s. agar penduduk lembah itu jangan sampai kekurangan makanan, supaya hati merekapun tidakbosan tinggal disana menjaga peribadatan yang suci mulia itu. Tetapi Nabi Ibrahim a. s. memberi alasan permohonannya:

مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ
"Yaitu barangsiapa yang beriman di antara rrcereka itu kepada Allah dan Hari Kemudian."
Sebagai seorang hamba Allah yang patuh, Nabi Tbrahim a.s. memohonkan agar yang diberi makanan cukup dan buah-­buahan yang segar ialah yang beriman kepada Allah saja. Tetapi Tuhan Allah telah menjawab:

قَالَ وَ مَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيْلاً
"Dan carang-orang yang kafrpun, akan Aku beri kesenangan untuk dia sementara. "
Dengan penjawaban ini Tuhan Allah telah memberikan penjelasan, bahwasanya dalam soal rnakanan atau buah-buahan, Tuhan Allah akan berlaku adil juga. Semuanya akan diberi makanan, semuanya aka:n diberi buah-buahan, baik mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, ataupun mereka kufur. Oleh sebab itu maka dalam urusan dunia ini, orang beriman dan orang kafir akan sarna-sama diberi makan. Beratus tahun Nabi Tbrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. wafat, telah banyak penduduk di dalam lembah Mekkah itu yang menyembah berhala namun makanan dan buah­-buahan mereka dapat juga. Sebab demikianlah keadilan Allah dalam kehidupan dunia ini:

ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ
"Kemudian akan Kami tarikkan dia kepada siksaan neraka (yaitu) seburuk-buruk tujuan." (Ujung ayat 126).

Di dunia mendapat bagian yang sama di antara Mukmin dan kafir. Malahan kadang-kadang rezeki yang diberikarz kepada kafir lebih banyak daripada yang diberikan kepada orang yang beriman. Tetapi banyak atau sedikit pemberian Allah di atas dunia ini, dalam soal kebendaan belumlah boleh dijadikan ukuran. Nanti di akhirat baru akan diperhitungkan di antara iman dengan kufur. Yang kufur kepada Allah, habislah reaksinya sehingga hidup ini saja. Ujian akan diadakan lagi di Akhirat. Betapapun kaya-raya banyaknya tanam-tanaman, buah-buahan di dunia ini, tidak akan ada lagi setelah gerbang maut dimasuki. Orang yang kaya kebendaan tetapi miskin jiwa, gersang dan sunyi daripada irnan, adalah neraka yang menjadi tempatnya.

Semuanya itu disuruh-ingatkan kembali kepada kaum musyrikin Arab, supaya mereka kenangkan bahwasanya kedudukan yang aman sentosa di negeri Mekkah itu adalah atas kehendak dari karunia Tuhan, yang disuruh laksanakan kepada kedua RasulNya, Ibrahim a.s. dan Ismail a.s., yaitu nenek-moyang mereka. Negeri itu telah mereka dapati aman, buah-buahan dan sayur-sayuran diangkut orang dari negeri­-negeri di luar Mekkah, dari Thaif ataupun lembah-lembah yang lain. Diperingatkan kepada mereka asal mula segala kejadian itu, yaitu supaya mereka menyembah Allah Yang Maha Esa, bersih daripada berhala dan segala macam kemusyrikan. Sudah mereka dapati sentosa, makmur dan subur, tempat kediaman mereka menjadi pusat peribadatan seluruh manusia sejak zaman purbakala, telah beratus beribu-tahun.

Lalu diperingatkan lagi tentang asal-usul berdirinya Ka'bah itu:

وَ إِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيْمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيْلُ
"Dan ingatlah tatkala Ibrahim mengangkat sendi-sendi dari rumah itu, dan Ismail." (pangkal ayat 127)

Di sini diperingatkan kembali bahwa Ibrahim lah, dibantu oleh puteranya Ismail a.s. yang mengangkat sendi­-sendi rumah itu, yaitu Ka'bah. Sendi-sendi atau batu permata, Ibrahim a.s. sendiri yang meletakkannya. Kemudian berangsur-angsur sehingga menjadi dinding, sebab itu disebut beliau mengangkatnya seterusnya membangun sampai tinggi.

Di dalarn Kitab-kitab tafsir, macam-macamlah ditulis tentang bagaimana caranya sendi-sendi itu dibangun, dan dari batu-batu mana, diambil dan diangkut. Ibnu Katsir menulis di dalam tafsirnya, demikian Juga Ibnu Jarir. Dengan mengingatkan ini, terkenanglah hendaknya mereka kembali bahwa nenek-moyang mereka Nabi Ibrahim a.s., dibantu oleh puteranya, Ismail a.s. bukan saja meramaikan dan mengamankan negeri itu atas perintah Tuhan, bahkan lebih dari itu merekalah yang memulai membangun rumah yang pertama di tempat itu, yaitu rumah yang pertama ditentukan buat tempat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa.

Demi setelah selesai Ibrahim a.s. dibantu oleh Ismail a.s. mendirikan rumah itu, merekapun bermunajatlah kepada Tuhan:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا
"Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami. "
Artinya, bahwa pekerjaan yang Engkau perintahkan kepada. kami berclua, ayah dan anak, mendirikan Ka'bah sudah selesai. Sudilah kiranya menerima pekerjaan itu:

إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ
"Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mendengar", akan segala. permohonan kami dan doa, kami:

الْعَلِيْمُ
"Maha Mengetahui. " (ujung ayat 127). Yaitu Maha Mengetahui jika terdapat kekurangan di dalarn pekerjaan kami ini, Engkaulah yang lebih tahu.
Setelah dengan segenap kerendahan hati, kedua makhluk bapak dan anak itu, Ibrahim a.s. dan Ismail a.s., yang telah menjadi manusia terpilih di sisi Tuhan, memohonkan supaya amalan mereka diterima oleh Tuhan, mereka teruskanlah munajat itu. Si Ayah yang berdoa dan si Anak yang mengaminkan:

رَبَّنَا وَ اجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ
"Ya Tuhan kami! Jadikanlah kami keduanya ini orang-orang yang berserah diri kepada Engkau. " (pangkal ayat 12)Setelah rumah atau Ka'bah itu selesai mereka dirikan, maka mereka berdua pulalah orang yang pertama sekali menyatakan bahwa mereka keduanya: muslimaini Laka, muslimin kami keduanya kepada Engkau! Yang berpokok kepada kata-kata ISLAM yang berarti berserah diri. Berjanjilah keduanya balrwa rumah yang suci itu hanyalah untuk beribadat daripada orang-orang yang berserah diri kepada Allah, tidak bercampur dengan penyerahan diri kepada yang lain.



وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ
"Dan dari keturunan-keturunan kamipun (hendaknya) menjadi orang-orang yang berserah diri kepada Engkau." Bukan saja lbrahim a. s. mengharapkan agar penyerahan dirinya dan puteranya Ismail a.s. kepada Allah, agar diterima Allah. Bahkan diapun mernohonkan kepada Allah agar cucu-cucu dan keturunannya yang datang dibelakangpun menjadi orang-orang yang berserah diri, menjadi or­ang-orang yang Muslim, atau ISLAM. Sehingga c:ocoklah dan sesuailah hendaknya langkah dan sikap hidup anak-cucu keturunannya dengan dasar pertama ketika rumah itu didirikan.

وَ أَرِنَا مَنَاسِكَنَا
"Dan tunjukkan kiranya kepada kami cara-cara kami beribadat. "



Cara­cara kami beribadat, kita artikan dari Manasikana. Setelah Ibrahim a.s. dan membawa juga nama puteranya Ismail a.s. mengakui bahwa Allahlah tempat rnereka berserah diri, dan telah bulat hati mereka kepada Allah, tidak bercampur dengan yang lain, dan diharapkannya pula kepada'hulran agar anak-cucu keturunannya yang tinggal di sekeliling rumah itu semuanya mewarisi keislaman itu pula, barulah Ibrahim a.s. memohonkan kepada Allah agar ditunjuki bagaimana caranya beribadat, yang disebut juga Manasik. Manasik bisa diartikan umum untuk seluruh ibadat, dan bisa pula dikhususkan untuk seluruh upacara ibadat haji.



Menurut riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Abi Hatim dan Said bin Manshur yang diterima dari Muj ahid , bahwa permohonan Ibrahim a.s. agar Tuhan mempertunjukkan bagaimana cara-cara beribadat itu, datanglah Jibril. Mula-mulanya Jibril telah menuntunnya bagaimana memasang batu-batu sampai tegak menjadi dinding. Setelah selesai dibimbingnyalah tangan Ibrahim a.s. berjalan menuju Mina. Sampai ditempat yang sekarang dinamai Jamratul Aqabah itu (Aqabah boleh diartikan penghalang) kelihatanlah Iblis sedang bernaung di bawah sepohon kayu. Lalu Jibril menyuruh Ibrahim a.s.: " Takbirlah, dan lemparlah Iblis itu!" Lalu Ibrahim a.s. takbir sambil melempar Iblis itu. Iblispun pergi lalu menghambat lagi ditempat yang sekarang dinamai Jamratul Wustha. Lalu Ibrahim a. s. berbuat pula sebagaimana dibuatnya di Jamratul Aqabah tadi, dan demikian juga dibuatnya sampai di Jamrah yang ketiga.

Kemudian Jibril membimbing tangan Ibrahim a.s., lalu berjalan menuju Masy'aril Haram (Muzdalifah), kemudian itu berjalan terus ke Arafah. Sesampai di sana berkatalah Jibril: "Sekarang telah engkau kenal (arafta) ibadat-ibadat yang aku pertunjukkan kepada engkau itu." lbrahim a.s, menjawab: "Na'am" (Ya)!
"Sekarang sudahkah engkau kenal (arafta) ibadat-ibadat yang aku pertunjukkan itu?" Diulang itu oleh Jibril sampai tiga kali. Maka menjawablah Ibrahim a.s.: "Na'am!" (Ya, saya sudah kenal sekarang). Maka berkata pulalah Jibril: "Kalau demikian, mulailah engkau panggil manusia untuk mengerjakan haji." lalu Ibrahim a.s. bertanya: "Bagaimana caranya aku memanggil mereka?" Jibril menjawab: "Katakanlah, wahai sekalian manusia! Sambutlah seruan Tuhan kamu! Serukanlah demikian sampai tiga kali!" Lalu yang demikian itu dilakukan oleh Ibrahim a.s., maka menyahutlah hamba-hamba Al­lah: "SeruanMu telah hamba dengar ya Allah dan hamba segera melakukannya." (Inilah arti yang agak dekat dari kata-kata : Labbaika). Kata Mujahid seterusnya. "Maka barangsiapa yang menyambut seruan Ibrahim di masa itu, akan jadi hajilah dia. "

Kita salinkan riwayat yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Said bin Manshur dari pada Tabi'in yang terkenal ini, yaitu Imam Mujahid, hanyalah sekedar untuk tafsir saja.

Satu riwayat pula daripada Ibnu Jarir dan diterimanya daripada Tabi'in Said bin al-Musayyab, yang diterimanya pula daripada Ali bin Abu Thalib, demikian bunyinya: "Setelah Ibrahim a.s. selesai membina Baitullah itu, berserulah dia kepada Allah: Ya Tuhanku! Telah aku kerjakan apa yang telah Engkau titahkan. Sekarang aku bermohon, pertunjukkanlah kepada kami, bagaimana caranya ibadat-­ibadat kami (Manasik kami). Maka diutus Tuhanlah Jibril, lalu dituntunnyalah Ibrahim a.s. mengerjakan haji."

Ada juga beberapa riwayat lain yang hampir sama isinya. Disebut juga gangguan syaitan ditengah jalan itu, sebagai keterangan Mujahid tadi. Ada juga riwayat lain dari Ibnu Khuzaimah dan at-Thabrani dan al-Hakim dan diakui shahihnya. dan al-Baihaqi di dalam Sya'bul lman, semuanya dari Ibnu Abbas. Dan ada juga riwayat lain dari Ahmad dan al-Baihaqi dan Ibnu Abi Hatim.

Dari sekalian riwayat ini dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwasanya setelah selesai mendirikan Ka'bah, Ibrahim as. dituntun oleh Jibril, dengan perintah Tuhan, agar dia mengerjakan, haji. Dan Sunnah yang telah direntangkan oleh Nabi Ibrahim as. itulah yang diterima turun- temurun oleh manusia khusus nya anak-cucunya, sebagai pelopor pemberi contoh yang pertama, yaitu bangsa Arab, dan manusia pada umumnya yang percaya . Lantaran riwayat Mujahid yang kita salinkan di atas, bahwa Nabi Ibrahim menyeru manusia mengerjakan haji, timbullah suatu kepercayaan pada seterigah manusia, lalu mereka meniru Nabi Ibrahim as. mengipas-ngipas memanggil-manggil keluarganya yang dikampung supaya terseru pula naik haji.

Kalau perbuatan memanggil-manggil niengipas-ngipas serban ini dilakukan orang, karena memandangnya sebagai suatu ibadat, maka bid'ahlah perbuatan itu. Dan jika hanya karena iseng.-iseng saja, terserahlah kepada yang mengerjakan.

وَ تُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
"Dan ampunilah kiranya kami, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Penyoyang. " ( ujung ayat. 128).

Kita sudah maklum bahwasanya Rasul Allah adalah ma'shum, suci daripada dosa, terutarna dosa yang besar.Tetapi orang-orang yang telah mencapai derajat Iman yang sempurna sebagai Ibrahim a.s dan Ismail as, tidaklah berbangga dengan anugerah Allah kepada mereka dengan ma'shum itu. Nabi Ibrahim a.s memohonkan taubat untuk dirinya dan untuk anaknya ini, adalah suatu teladan bagi kita agar selalu ingat dan memohonkan ampun kepada Tuhan. Makna yang asal daripada taubat ialah kembali. Kita bertaubat kepada Allah. Dan Allah mengabulkan permohonan kita, dengan memakai perkataan 'Ala, yang berarti ke atas Kita mendaki menuju Allah, Dan Allah. menarik tangan kita ke atas.

Nabi Isa alaihis salam yang ma'shum, setiap waktu memohon taubat kepada Tuhan, sehingga diriwayat kan oleh Imam Ghazali , bahwasanya beliau menyediakan bunga-karang (spons) untuk menghapus airmatanya , dan Nabi kita Muhammad s.a.w, mengatakan bahwa tidak kurang dari 70 kali sehari semalam beliau memohon ampun. Dengan demikian., bertambah suci manusia, bertambah pula mereka merasa kekurangan. Setelah selesai Ibrahim a.s. membina Baitullah itu dan selesai pula dia mengerjakan Haji dengan tuntunan Jibril sendiri, dan telah selesai dia menyerahkan diri, berdua dengan puteranya Ismail a.s. dan diharapkannya agar anak-cucunyapun menjadi orang-orang yang Mus­lim kepada Allah, maka akhirnya ditutupnyalah permohonannya dengan suatu permohonan lagi:

رَبَّنَا وَ ابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلاً مِّنْهُمْ
"Ya Tuhan kami ! , Bangkitkanlah di antara mereka itu seorang Rasul dari mereka sendiri." (pangkal ayat 129).

Di dalam beberapa ayat disebut bahwa salah satu bawaan budi Nabi Ibrahim a.s. itu ialah awwaah, artinya penghiba, amat halus perasaan, tidak tega hati. Dan perasaan beliau yang halus itu terdapat di dalam nama beliau sendiri, yaitu Ibrahim.

Menurut keterangan al-Mawardi, dan dikuatkan pula oleh catatan Ibnu Athiya, Ibrahim itu adalah bahasa Suryani, yang rumpun asalnya bersamaan dengan bahasa Arab. Dia adalah gabungan di antara dua kalimat, yaitu Ib dan Rahim. Ib sama artinya dengan Abun dalam bahasa Arab, yang berarti bapak atau ayah. Rahim dalam bahasa Suryani sama artinya dengan Rahim dalam bahasa Arab, yang berarti penyayang. Jadi Ibrahim artinya ialah ayah yang penyayang.

Maka ayah yang penyayang ini tidaklah merasa puas dengan menyatakan menyerahkan dirinya bersama puteranya Ismail a. s. saja kepada Allah, menjadi Muslimaini Laka (berdua menyerahkan diri kepada Engkau), rnalahan dimohonkannya pula anak-cucunya, sehingga tetaplah terpelihara Rumah Allah atau Ka'bah itu, jangan sampai menjadi rumah-rumah tempat berhala. Tetapi ayah yang penyayang itu rupanya amat jauh pandangannya ke zaman depan, berkat tuntunan Tuhan. Tidak puas hanya memohon anak-cucunya menjadi Islam semua, bahkan beliau memohonkan pula agar di antara anak dan cucunya itu dikemudian hari dibangkitkan seorang yang menjadi Rasul Allah:

يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ
"Yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau."
Yaitu perintah-perintah Ilahi untuk memupuk dasar yang telah ditinggalkan oleh beliau di dalam mengakui keesaan Tuhan.

وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ
"Dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmat."
Kitab ialah kumpulan daripada wahyu-wahyu yang diturunkan Ilahi, yang bernama al-Qur'an itu, dan hikmat ialah kebijaksanaan di dalam cara menjalankan perintah, baik di dalam perkataan dan perbuatan atau sikap hidup Nabi itu sendiri yang akan dijadikan contoh dan teladan bagi umatnya ..

وَ يُزَكِّيْهِمْ
"Dan yang akan membersihkan mereka."
Baik avat-ayat, ataupun kitab itu, ataupun hikmat kebijaksanaan yang dibawakan oleh Rasul itu adalah maksudnya rnembersihkan mereka seluruhnya. Bersih daripada kepercayaan yang karut-marut, syirik dan menyembah berhala, dan bersih pula kehidupan sehari-hari daripada rasa berici, dengki, khizir dan khianat. Yuzakkihim , untuk membersihkan mereka pada rohani dan jasmani. Sehingga dapat membedakan mana kepercayaan yang kotor dengan yang bersih. Kebersihan itulah yamg akan membuka akal dan budi, sehingga selamat dalam kehidupan . Itulah pengharapan Nabi lbrahim a.s. kepada Allah, yang ditutupnya dengan ucapan:

إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْم
"Sesungguhnya Engkau, adalah Maha Gagah, lagi Maha Bijaksana." (ujung ayat 129).

Kepada Allah yang satu di antara sifatNya ialah Aziz, yaitu Maha Gagah, Ibrahim a. s. telah nzenggantungkan pengharapan kepada Al­lah di dalam sifat kegagahanNya itu, bahwa meskipun betapa besarnya rintangan dan halangan akan bertemu di dalarn perjalanan sejarah, namun kehendak Allah mesti terjadi. Tetapi di samping sifat Gagah Perkasa itu Tuhanpun mempunyai sifat Bijaksana; yaitu bahwa kehendakNya mesti berlaku, tetapi menurut arah jalan yang masuk di akal dan mengagumkan.

Maka apabila kita ketahui betapa perjalanan sejarah di antara zaman Nabi Ibrahim a.s. dengan zaman Nabi Muhammad s.a.w, sebagai pelaksanaan Allah atas permohonan Nabi Ibrahim a.s. itu, memang bertemulah betapa hebatnya Kegagah-perkasaan Tuhan dan BijaksanaNya, sehingga Rasul yang diharapkan itu akhirnya datang juga.

Setumpuk Tanah Hejaz itulah yang dengan kebijaksanaan Tuhan tidak sampai dimasuki oleh tentara penakluk, sehingga tidak pernah merasai bila bencana penjajahan. Di sebelah Utara beberapa orang penakluk yang besar telah bertindak semau­-mau, sejak Nebukadneshar raja Babil, sampai Cyprus raja Persia, sampai kemudiannya datang Iskandar Macedonia, sampai pula kepada Julius Caesar dan Antonius, namun Tanah Hejaz dan khususnya Mekkah itu, tidaklah sampai mereka injak. Menurut kebijaksanaan Tuhan , tanah itu dijadikan tanah kering gersang, sehingga penakluk memandang tidak perlu datang ke sana. Setelah Abrahah wakil raja Habsyi mencoba hendak menaklukkannya dan meruntuhkan Ka'bah yang suci itu, dengaar gagah-perkasaNya pula Allah 'I'a'ala membinasakan dan meng-hancurkan tentara Abrahah itu dengan mengirim burung Ababil.

Keturunan Ibrahim a.s. terbagi dua yaitu Bani Ismail yang menurunkan Arab Musta'ribah, berkedudukan dibagian Selatan dan Barat. Keturunannya yang secabang lagi adalah yang diturunkan daripada Ya'qub a.s. anak Ishaq, yang disebut Bani Israil, diberi kedudukan disebelah Utara, daerah Mesopotamia. Dari antara Bani Israil banyak diturunkan Nabi-nabi dan Rasul, tetapi dengan karunia Allah, dari keturunan Bani Ismail itulah diturunkan Rasul Akhir Zaman, Muhammad s.a.w mengabulkan permohonan nenek-andanya Ibrahim a.s. itu.

Dernikianlah beberapa kesimpulan yang kita tarik daripada ayat­-ayat ini, peringatan tentang asal mulanya negeri Mekkah dijadikan Tanah Hararn yang aman, tempat manusia berkumpul dan asal mulanya Ibrahim a. s. dibantu oleh puteranya Ismail a. s. diperintahkan membangun Ka'bah. Sampai kelak dari dekat Ka'bah itulah beribu tahun kemudian dibangkitkan seorang Rasul, Muhammad s.a.w menjadi Rasul Penutup, membawa ayat dan Kitab dan Hikmat dan tuntunan kesucian, hingga terkabul doa Ibrahim a.s..

Di dalam Kitab-kitab Tafsir bertemu juga riwayat-riwayat lain yang lebih panjang dari yang kita salinkan dan kita kupaskan ini, dan kita sambungkan dengan beberapa sejarah. Ada tersebut bahwasanya Ka'bah yang didirikan Nabi Ibrahim a. s. itu adalah menurut contoh dari Ka'bah lain, terletak dilangit yang keempat, bernama Baitul Ma'mur, persis terletak di langit bertentangan dengan Ka'bah yang di Mekkah itu. Dan tersebut pula di dalam satu riwayat bahwasanya Ka'bah itu didirikan oleh Nabi Adam setelah beliau turun kedunia, setelah dia bertemu dengan isterinya Hawa di Padang Arafah.

Tengah Padang itu diberi nama Arafah, sebab di sana Adam dan Hawa kami kenal mengenal kembali. Kata riwayat itu pula, setelah terjadi taufan Nabi Nuh , K.a'bah buatan Nabi Adam itu diangkat Tuhan kelangit , sehingga dasarnya tinggal ; diatas dasar itulah Ibrahim a.s. mendirikan Ka'bah yang baru. Dan tersebut pula bahwasanya Hajarul Aswad (Batu Hitam) yang tertempat di dinding Ka'bah sekarang itu asal mulanya daripada batu Yaqut yang sangat putih, datang dari dalam surga. Tetapi lama kelamaaaz menjadi hitarn karena d ipegang oleh tangan manusia yang berdosa .




 

( sumber : http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_124-129.htm )

Komentar